Secara umum Exchange Trade Funds ETF adalah Reksadana yang diperdagangkan lewat bursa Efek, Per 25 Maret 2021, terdapat 48 ETF yang tercatat di BEI. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Exchange Traded Funds (ETF) adalah produk yang relatif baru di dunia pasar modal. ETF pertama kali dikembangkan di Kanada di sekitar tahun 1990-an. Instrumen ini merupakan instrumen yang murah yang dapat mengakses eksposur pasar secara luas (atau juga sempit bila memang dibutuhkan).
ETF pada dasarnya adalah penggabungan karakteristik dari dua produk yakni reksadana berbentuk terbuka dan saham. Namun tidak seperti reksadana,
investor tidak membeli atau menjual kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi. Investor justru membeli unit penyertaan atau saham ETF di suatu bursa. Meskipun ETF diperdagangkan sama halnya seperti saham, namun ETF memiliki struktur yang sama dengan reksa dana yang merepresentasikan kepemilikan atas efek-efek dalam portofolio.
investor tidak membeli atau menjual kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi. Investor justru membeli unit penyertaan atau saham ETF di suatu bursa. Meskipun ETF diperdagangkan sama halnya seperti saham, namun ETF memiliki struktur yang sama dengan reksa dana yang merepresentasikan kepemilikan atas efek-efek dalam portofolio.
Faktor utama yang mendorong perkembangan ETF secara pesat adalah efisiensi harga. Harga ETF sangat mendekati nilai aktiva bersihnya sebagai akibat investor mengetahui nilai aktiva bersih portofolio ETF yang diumumkan manajer investasi secara harian dan investor mengetahui secara lengkap portofolio dari ETF itu sendiri. Di samping itu, ETF juga memiliki struktur biaya yang relatif lebih rendah dari reksa dana.
Keunggulan ETF
- Unit Penyertaan (UP) diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (lebih likuid)
- Subscription dan Redemption hanya diperbolehkan untuk Dealer Partisipan dan Sponsor
- Gangguan Redemption yang dapat memengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) jauh lebih kecil
- Portfolio dalam saham lebih transparan (saham LQ45)
- Trend kenaikan NAB mengikuti trend kenaikan indeks LQ45.
Kelemahan ETF
- ETF tetap rawan terhadap fluktuasi harga saham, karena faktor ekonomi makro seperti suku bunga dan nilai tukar
- ETF juga dipengaruhi juga stabilitas politik
- Investor tidak dapat memilih saham bisa dikoleksi dalam ETF, tapi hanya yang berada dalam indeks ETF
- Investor tidak dapat menentukan pada harga yang diinginkan
Dealer Partisipan adalah Anggota Bursa yang bekerja sama dengan Manajer Investasi (MI) pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit Penyertaan ETF. Saat ini di Indonesia ada 6 (enam) Dealer Partisipan yakni Bahana Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Philip Sekuritas, Sinarmas Sekuritas, Indopremier Sekuritas dan Panin Sekuritas.
Contoh ETF dunia yang menggunakan Saham Bursa Efek Indonesia sebagai portofolionya :
1. VanEck Vector Indonesia Index ETF (IDX)
IDX adalah ETF yang tercatat di Bursa NYSE (Amerika), dikelola oleh MI VanEck yang diluncurkan pada 15 Januari 2009. IDX menggunakan MVIS Indonesia Index sebagai acuan kinerjanya dengan top 5 holding saham BBCA, BBRI, TLKM, BMRI, dan ASII dari total 41 saham.
2. iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO)
EIDO merupakan ETF Indonesia yang paling populer di kalangan investor global untuk digunakan sebagai indikator kinerja pasar modal Indonesia. EIDO dikelola oleh Blackrock sejak peluncurannya pada tanggal 5 Mei 2010, ETF provider terbesar di dunia, tercatat di NYSE Arca (Amerika Serikat), dan telah memiliki dana kelolaan sebesar US$329 juta. EIDO menggunakan MSCI Indonesia IMI 25/50 Index sebagai acuan kinerjanya.
3. Lyxor MSCI Indonesia UCITS ETF (LYXI/INDO)
LYXI dikelola oleh manajer investasi bernama Lyxor sejak peluncurannya pada tanggal 4 Juli 2011, tercatat di Euronext (Perancis), Borsa Italiana (Italia), dan Frankfurt Stock Exchange (Jerman), serta telah memiliki dana kelolaan sebesar EUR26 juta. LYXI menggunakan MSCI Net Total Return Index sebagai acuan.
Komentar
Posting Komentar