Langsung ke konten utama

Nasionalisme Dalam Ekonomi

Ekonomi saat ini sedang menuju pada globalisasi ekonomi yang menganut sistem kapitalisme dalam transaksinya, globalisasi seakan-akan memberikan kita kemudahan dan pilihan yang banyak dengan masuknya produk impor kenegara kita, tetapi ada bahaya dan ancaman yang siap  melanda kita diantaranya kemiskinan dan pengangguran. Tentu saja ini tidak kita rasakan secara langsung.

Bayangkan jika handphone yang kita gunakan adalah produk lokal maka bisa dibayangkan ribuan orang tidak perlu mengangur, begitu juga dengan produk otomotif bayangkan berapa uang kita yang keluar dan berapa orang yang seharusnya bisa bekerja dibidang tersebut jika kita mau menggunakan produk dalam negeri, tetapi kenyataannya handphone yang hampir menjadi kebutuhan pokok setiap individu rakyat indonesia sebagian besar adalah produk impor dan tidak memberikan keuntungan bagi kita. Kadang kita memikirkan kemudahan dan kualitas dari produk atau harga murah dari produk yang kita pakai tanpa memikirkan dari mana produk itu berasal dan siapa yang diuntungkan jika kita membeli produk itu.

Saya mengerti jika kita berpikir produk impor seperti hanphone dan otomotif produk asing lebih berkualitas, tetapi kedua produk itu adalah produk yang sangat penting dalam kehidupan kita dan tentu saja jika kita mau memakai produk lokal maka ribuan oarang akan mendapatkan pekeraan dan triliunan rupiah tidak perlu keluar yang tentu saja itu akan membuat kita lebih sejahtera.

Menurut saya globalisasi hanya untuk produk yang benar-benar tidak bisa kita produksi dan produk yang tidak menadji kebutuhan mendasar kita, handphone dan otomotif seharusnya bisa kita buat sendiri dimana kebutuhan kita terhadap dua produk itu yang sangat besar, yang tentu saja akan memberikan ribuan lowongan pekerjaan.

Itu baru dari dua produk yang menadi kebutuhan kita sehari-hari dan menadi barang yang kita gunakan setiap hari masih banyak produk lain yang kita pakai dari produk asing padahal jika kita mau kita bisa membuat sendiri, tentu saja ini menjadi pertanyan bagi kita. Menurut saya setiap individu memiliki rasa iba melihat pengangguran dan kemiskinan, anda juga mungkin menadi orang yang rutin menyumbang untuk kesejahteraan bagi kaum miskin, tetapi menurut saya lebih baik jika anda memberikan peluang kerja kepada mereka dengan membeli dan menggunakan produk lokal, itu lebih baik dan lebih optimal dibanding bantuan yang anda berikan tetapi barang yang anda gunakan sebagian besar produk impor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggap Covid 19 Dengan Layanan Sehatq

Pandemi Covid 19 masih belum usai, pemerintah dengan segala upaya berusaha menekan penyebaran virus lewat kebijakan dan aturan yang dibuat, diantaranya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan terhadap beberapa daerah sesuai dengan tingkat penyebarannya. Kita harus bisa mematuhi peraturan pemerintah yang ada mengingat pentingnya kerjasama semua pihak dalam menekan penyebaran dan penanggulangan Covid 19, tanpa adanya kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan penyebaran Covid 19 akan terus terjadi. PPKM mampu mengurangi jumlah kasus Covid, tetapi di sisi lain PPKM membuat kita sulit mendapatkan kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Begitu juga untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan ada baiknya tidak harus pergi kerumah sakit atau klinik jika memungkinkan bisa dilakukan dari rumah. Selain PPKM, pemerintah juga menggalakkan kampanye #ingatpesanibu lewat gerakan 3M yang wajib diterakpkan dalam bersosial dan beraktivitas. Gerakan Memakai Mask

Pengertian Investasi

Menurut Mankiw (2003), investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Menurut Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner (1997) investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Investasi merupakan komitmen sejumlah dana suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan, mencakup waktu yang digunakan, tingkat inflasi yang diharapkan dan ketidakpastian masa mendatang (Sumanto, 2006). Pada dasarnya setiap orang atau perusahaan yang melakukan investasi akan mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kesejahteraan bagi dirinya atau perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sama bagi perusahaan emiten yang berinvestasi di pasar modal. Perusahaan yang berinvestasi di

Tipe Investor Menurut Profil Resiko

Dalam berinvestasi tiap individu memiliki karakteristik tersendiri dalam penilaian terhadap resiko yang bisa dihadapi, ada investor yang berani menghadapi resiko yang besar tentu saja dengan mengharapkan tingkat keutungan yang besar, tetapi ada juga investor yang lebih suka berinvestasi pada asset yang aman walaupun keuntungan yang didapat sangat kecil. Tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan sebagai berikut (www.danareksa.com): Defensive Investor  : investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari resiko. Conservative Investor : Investor ini biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pen