Langsung ke konten utama

Purchasing Power Parity (Paritas Daya Beli)

Purchasing power parity is a method of calculating exchange rates that attempts to value currencies at rates such that each currency will buy an equal basket of goods. It is based on idea that exchange of currencies reflects the exchange of real goods (Colander, 2006)
Paritas daya beli menekankan
hubungan jangka panjang antara kurs valas dengan harga-harga komoditi secara relatif (Mudrajat Kuncoro, 2001).
Sebuah pendekatan atau model hubungan nilai tukar yang lebih sesuai atau relevan di dalam jangka panjang daripada di dalam jangka pendek adalah purchasing power parity (PPP) theory. Dimana teori absolut dari paritas daya beli tersebut menyatakan bahwa nilai tukar diantara dua mata uang secara sederhana adalah rasio dari tingkat harga umum pada kedua negara tersebut. Teori ini mengacu kepada hukum “the law of one price” dimana sebuah komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama pada kedua negara jika dinyatakan dalam mata uang yang sama (Dominick Salvatore, 1995).
Pada prinsipnya teori paritas daya beli menganalisis begaimana hubungan antara perubahan dan perbedaan tingkat inflasi dengan fluktuasi kurs valas. Dimana penjelasan dari teori paritas daya beli ini didasarkan pada hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua negara yang berbeda akan sama pula jika dinilai dalam currency atau mata uang yang sama, khususnya produk yang tradeable (Hamdy Hady, 2008).
Namun, dalam kenyataannya sering terbukti bahwa kurs valas atau forex rate yang diperhitungkan berdasarkan teori paritas daya beli absolut tersebut tidak sesuai dengan kurs valas yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal demikian telah terjadi over valuation atau under valuation (Hamdy Hady, 2008).
Akan tetapi teori paritas daya beli absolut ini tidak realistis karena tidak memperhitungkan biaya tarif, transpor, dan kuota. Oleh karena itu, muncul teori paritas daya beli relatif yang menyatakan bahwa harga suatu produk yang sama akan tetap berbeda karena ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh faktor biaya tarif, transpor, dan kuota. Menurut versi paritas daya beli relatif, kurs valas atau forex rate akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power (Hamdy Hady, 2008).






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggap Covid 19 Dengan Layanan Sehatq

Pandemi Covid 19 masih belum usai, pemerintah dengan segala upaya berusaha menekan penyebaran virus lewat kebijakan dan aturan yang dibuat, diantaranya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan terhadap beberapa daerah sesuai dengan tingkat penyebarannya. Kita harus bisa mematuhi peraturan pemerintah yang ada mengingat pentingnya kerjasama semua pihak dalam menekan penyebaran dan penanggulangan Covid 19, tanpa adanya kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan penyebaran Covid 19 akan terus terjadi. PPKM mampu mengurangi jumlah kasus Covid, tetapi di sisi lain PPKM membuat kita sulit mendapatkan kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Begitu juga untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan ada baiknya tidak harus pergi kerumah sakit atau klinik jika memungkinkan bisa dilakukan dari rumah. Selain PPKM, pemerintah juga menggalakkan kampanye #ingatpesanibu lewat gerakan 3M yang wajib diterakpkan dalam bersosial dan beraktivitas. Gerakan Memakai Mask

Pengertian Investasi

Menurut Mankiw (2003), investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Menurut Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner (1997) investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Investasi merupakan komitmen sejumlah dana suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan, mencakup waktu yang digunakan, tingkat inflasi yang diharapkan dan ketidakpastian masa mendatang (Sumanto, 2006). Pada dasarnya setiap orang atau perusahaan yang melakukan investasi akan mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kesejahteraan bagi dirinya atau perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sama bagi perusahaan emiten yang berinvestasi di pasar modal. Perusahaan yang berinvestasi di

Tipe Investor Menurut Profil Resiko

Dalam berinvestasi tiap individu memiliki karakteristik tersendiri dalam penilaian terhadap resiko yang bisa dihadapi, ada investor yang berani menghadapi resiko yang besar tentu saja dengan mengharapkan tingkat keutungan yang besar, tetapi ada juga investor yang lebih suka berinvestasi pada asset yang aman walaupun keuntungan yang didapat sangat kecil. Tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan sebagai berikut (www.danareksa.com): Defensive Investor  : investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari resiko. Conservative Investor : Investor ini biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pen