Langsung ke konten utama

Inflasi

       Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Pratama dan Mandala, 2004).
Inflation is a continual rise in the price level. The price level is an index of all prices in the economy. Even when inflation itself isn’t a problem, the fear of inflation guides macroeconomic policy. Fear of inflation prevents goverments from expanding the economy and reducing unemployment. It prevents goverments from using macroeconomic policies to lower interest rate (Colander, 2006).

Menurut Winardi (1995) pengertian inflasi adalah
suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan atau bila karena hillangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga. Tetapi tidak berarti saat secara keseluruhan harga-harga meningkat, seluruh barang dan jasa mengalami kenaikan harga, malah sebaliknya harga-harga dari beberapa barang dan jasa ada yang mengalami penurunan. Seperti pada tahun 1970 dan 1980an dimana pada saat itu Amerika Serikat sedang mengalami inflasi, pada saat itu harga barang-barang elektronik mengalami penurunan (Stephen L. Slavin, 1999).

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan yang diakibatkan oleh naiknya harga-harga secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu. Inflasi berkepanjangan adalah kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus selama satu periode yang lama (Case dan Fair, 2004).

Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikkan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan menjadi tiga bentuk berikut (Sadono Sukirno, 2004).
1.          Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya akan mengakibatkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa, pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi (Sadono Sukirno, 2004).
2.          Inflasi desakan biaya
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat, ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya, dan mencari pekerja baru dengan tawaran gaji yang tinggi, langkah ini pada akhirnya mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan harga-harga berbagai barang (Sadono Sukirno, 2004).
3.          inflasi diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan (Sadono Sukirno, 2004).

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kedalam inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Hyperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara cepat, yang menyebabkan harga-harga naik menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. (Sadono Sukirno, 2004).

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga secara terus menerus. Inflasi merupakan gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk diperhatikan karena setiap kali ada gejolak sosial, politik, atau ekonomi didalam maupun diluar negeri, masyarakat selalu mengaitkannya dengan masalah inflasi (Ahmad Rodoni, 2008).

Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan permintaan terhadap permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena adanya kelebihan jumlah uang yang beredar (Ahmad Rodoni, 2008).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggap Covid 19 Dengan Layanan Sehatq

Pandemi Covid 19 masih belum usai, pemerintah dengan segala upaya berusaha menekan penyebaran virus lewat kebijakan dan aturan yang dibuat, diantaranya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan terhadap beberapa daerah sesuai dengan tingkat penyebarannya. Kita harus bisa mematuhi peraturan pemerintah yang ada mengingat pentingnya kerjasama semua pihak dalam menekan penyebaran dan penanggulangan Covid 19, tanpa adanya kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan penyebaran Covid 19 akan terus terjadi. PPKM mampu mengurangi jumlah kasus Covid, tetapi di sisi lain PPKM membuat kita sulit mendapatkan kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Begitu juga untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan ada baiknya tidak harus pergi kerumah sakit atau klinik jika memungkinkan bisa dilakukan dari rumah. Selain PPKM, pemerintah juga menggalakkan kampanye #ingatpesanibu lewat gerakan 3M yang wajib diterakpkan dalam bersosial dan beraktivitas. Gerakan Memakai Mask

Pengertian Investasi

Menurut Mankiw (2003), investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Menurut Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner (1997) investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Investasi merupakan komitmen sejumlah dana suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan, mencakup waktu yang digunakan, tingkat inflasi yang diharapkan dan ketidakpastian masa mendatang (Sumanto, 2006). Pada dasarnya setiap orang atau perusahaan yang melakukan investasi akan mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kesejahteraan bagi dirinya atau perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sama bagi perusahaan emiten yang berinvestasi di pasar modal. Perusahaan yang berinvestasi di

Tipe Investor Menurut Profil Resiko

Dalam berinvestasi tiap individu memiliki karakteristik tersendiri dalam penilaian terhadap resiko yang bisa dihadapi, ada investor yang berani menghadapi resiko yang besar tentu saja dengan mengharapkan tingkat keutungan yang besar, tetapi ada juga investor yang lebih suka berinvestasi pada asset yang aman walaupun keuntungan yang didapat sangat kecil. Tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan sebagai berikut (www.danareksa.com): Defensive Investor  : investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari resiko. Conservative Investor : Investor ini biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pen